Kabar baik bagi kelanjutan Blok Mahakam akhirnya
tiba. Pemerintah menargetkan bahwa penyelesaikan kontrak blok tersebut akan
diselesaikan dalam tempo kurang dari tiga bulan. Saat ini pemerintah tengah
melakukan kajian terhadap sejumlah opsi yang diperlukan sebelum memutuskannya.
"Saya punya target sebelum tiga bulan dari sekarang akan
diputuskan. Kita akan beri keuntungan sebesar-besarnya bagi negara ini. Jelas
sekali kita berpihak pada negara sendiri. kalau bisa maka akan kita serahkan ke
Pertamina tapi kan ada tata cara. Kita akan gunakan kesempatan ini untuk
meleverage Pertamina untuk punya tangan ke luar. misalnya Total ataupun yang
mau selesai akan kita ajak ngomong, Yuk kita jalan-jalan bareng anda jalan
disini, tapi boleh nggak pertamina dibawa ke tempat anda beroperasi," ujar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.
Pemerintah
sendiri telah membentuk tim untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait
perpanjangan blok-blok migas. Menurut data pemerintah, saat ini terdapat 19
blok yang akan habis masa kontraknya dalam waktu dekat, dimana Mahakam ada
salah satunya. Sekitar empat diantaranya akan diputuskan nasibnya dalam pekan
ini, sedang sisanya akan diputuskan setelahnya.
Indonesia Petroleum Association (IPA) pernah
menyatakan 61 persen produksi sebesar 1,2 juta barel setara minyak (boepd)
berasal Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang akan habis masa kontraknya dalam 10
tahun ke depan. Dan hanya 30 persen produksi migas nasional tahun 2020 berasal
dari proyek-proyek migas yang saat ini dalam tahap perencanaan.
Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada
krisis energi, dimana produksi minyak terus melaju turun, berbanding terbalik
dengan konsumsi yang terus meningkat. Untuk itu tak heran jika negara ini
sangat bergantung pada komoditas gas, yang dinilai produksinya masih lebih baik
dibandingkan minyak. Makanya penggunaan gas untuk industri domestik terus
ditingkatkan. Meski demikian tampaknya apa yang dilakukan pemerintah tidak
sejalan dengan kebijakan tersebut. Hal itu terbukti dari lamanya keputusan
sejumlah masalah yang menyangkut kontrak-kontrak blok migas. Bukankah semakin
lama keputusan itu dibuat maka akan dapat mempangaruhi rencana pengembangan
dari blok itu sendiri?
Sementara
Pertamina sendiri tetap berharap, apapun keputusannya, pemerintah diharapkan
segera memberikan kepastian. Pasalnya hal tersebut terkait erat dengan rencana
investasi perusahaan. Pertamina tidak sendiri, Total dan Inpex yang saat ini
memegang lisensi untuk menggarap Mahakam juga mengharapan keputusan itu segera
diberikan.
Maklum
saja, masalah perpanjangan kasus Mahakam ini dimulai sejak tahun 2008.
Saat itu Total dan Inpex mengajukan perpanjangan Blok Mahakam yang akan habis
tahun 2017. Ketika itu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral masih dipegang
oleh Purnomo Yusgiantoro. Tahun berganti tahun, keputusan masalah Blok Mahakam
belum juga putus, bahkan ketika MESDM sudah berada di tangan Darwin Zahedi
Saleh dan juga Jero Wacik yang dilantik pada Oktober 2011. Namun nyatanya
hingga kini keputusan itu tak kunjung datang.
Total telah menyampaikan proposal terbarunya
pada tahun lalu. Demikian pula Pertamina. Perusahaan merah itu juga telah
menyatakan minatnya kepada pemerintah untuk ikut mengelola Blok Mahakam pasca
2017. Namun pemerintah bergeming.
Kini, di bawah Jokowi rakyat menaruh harap
bahwa proses-proses yang menyumbat segala keputusan dapat segera dibabat.
Dengan demikian keputusan dapat diambil dengan cepat sehingga memberikan
kepastian kepada investor.


