Mahakam
selalu menarik untuk dijadikan rebutan. Kini setelah Pemerintah Daerah
Kalimantan Timur menyatakan keinginannya untuk memiliki saham di Mahakam, pengusaha
Hashim Djojohadikusumo dikabarkan juga tertarik untuk berinvestasi di Blok
Mahakam setelah berakhirnya kontrak Total E&P Indonesie pada 2017. Meski
begitu, adik mantan calon presiden Prabowo Subianto itu hanya akan menanamkan
modalnya jika menjadi pemegang saham mayoritas.
Hashim Djojohadikusumo sebelumnya dikatakan masih mempelajari mengenai investasi Blok Mahakam. Maka tak heran jika
Hashim belum menentukan apakah akan bekerja sama dengan pihak lain atau
berinvestasi sendiri. Yang pasti anak Hashim yang juga anggota Komisi VII DPR
Aryo P.S. Djojohadikusumo mengingatkan ada hak pemerintah daerah (pemda) untuk
ikut berpartisipasi. Walaupun pemda nantinya dapat bekerja sama dengan pihak
swasta untuk memperoleh saham di blok kaya minyak dan gas bumi tersebut.
Pemerintah sendiri telah menunjuk Pertamina untuk
mengelola blok tersebut pasca 2017. Pertamina saat ini tengah menyusun proposal
rencana pengelolaan, termasuk diantaranya dengan siapa ia akan bekerjasama.
Memang, pemerintah secara tidak langsung mengisyaratkan ingin melibatkan pemda
dalam pengelolaan Blok Mahakam. Bahkan sinyal agar Pertamina untuk menggandeng Total
juga tampak.
Kembali ke soal jatah pemda, Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengaku memberikan beberapa catatan kepada
pemda Kaltim dalam mengelola Blok Mahakam. Dia tidak ingin pemda Kaltim hanya
dijadikan alat oleh beberapa pihak yang tidak niat membangun industri namun
ingin menguasai blok migas tersebut.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim dan Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Kutai Kertanegara (Kukar) sebelumnya sudah sepakat untuk
membagi porsi saham hak partisipasi sebesar 10 persen Blok Mahakam. Pemkab
Kukar akan memperoleh porsi 60 persen, sedangkan Pemprov Kaltim sebesar 40
persen.
Adapun Pemprov Kaltim pun sudah mendirikan BUMD PT
Migas Mandiri Pratama (MMP). PT MMP ini kemudian menggandeng PT Yudistira Bumi
Energi dengan membuat perusahaan patungan bernama PT Cakra Pratama Energi pada
1 Desember 2010.
Kini keputusan akhir ada di tangan Pertamina dan
pemerintah. Sudah selayaknya Pertamina memilih partner yang kredibel dalam
mengelola Mahakam. Total dan Inpex sudah berhasil membuktikan bahwa keduanya mumpuni
dalam mengelola blok tersebut dan berhasil memberikan kontribusi yang
signifikan bagi negara. Kemampuan dalam hal finansial, teknologi dan sumber
daya sudah tidak diragukan lagi.
Keduanya menginjeksikan dana sebesar US$ 2,5
miliar per tahun untuk pengembangan Mahakam. Yang menjadi masalah, tidak semua
perusahaan mampu melakukan hal tersebut. Jangan sampai, salah pilih partner
hanya akan mengakibatkan produksi anjlok dan turunnya penerimaan negara.



