Wednesday, 16 July 2014

Dinamika Pilpres Indonesia: Dari Kisruh Quick Count Sampai Kawal Pemilu

Selama ini quick count atau hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei usai diadakannya pemilihan kepala daerah ataupun kepala negara di Indonesia tidak pernah meleset jauh dari hasil akhir Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jadi bisa dibilang, dengan beragam metodologi yang mereka gunakan sekalipun, tetap saja perbedaan angkanya tidak jauh berbeda. Baru kali ini hasil hitung cepat dipertanyakan karena adanya perbedaan mencolok antara beberapa lembaga survei dalam penghelatan Pemilihan Presiden 2014.

Dari sejumlah lembaga survei, hampir seluruhnya memliki prosentase yang tidak jauh beda yang menyatakan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah pemenang Pilpres 2014, yakni Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Jokowi-JK 53,28 persen, Prabowo-Hatta 46,72 persen; CSIS-Cyrus Jokowi-JK 52 persen, Prabowo-Hatta 48 persen; SMRC Jokowi-JK 52,79 persen, Prabowo-Hatta 47,21 persen; Indikator Politik Jokowi-JK 52,65 persen, Prabowo-Hatta 47,35 persen, Litbang Kompas Jokowi-JK 52,4 persen, Prabowo-Hatta 47,6 persen; dan RRI Jokowi-JK 52,5 persen, Prabowo-Hatta 47,5 persen.

Sementara empat lembaga lain yang melakukan hitung cepat, yakni Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Lembaga Survei Nasional (LSN), Indonesia Research Center (IRC) dan Jaringan Suara Indonesia (JSI) menyatakan pasangan Prabowo-Hatta unggul dalam Pilpres.

Perbedaan inilah yang menjadi sumber suasana panas akhir-akhir ini.  Bagaimana tidak, berdasarkan hasil survey itulah maka pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa juga mengklaim kemenangannya. Bahkan Prabowo amat yakin bahwa rakyat Indonesia akan memberikan mandat kepadanya. Padahal beberapa jam sebelumnya kubu Jokowi-Jusuf Kalla juga memproklamirkan kemenangannya, bahkan juga disertai dengan isak tangis haru Megawati dan putrinya Puan Maharani. Hal inilah yang menyebabkan Komisi Penyiaran Indonesia meminta seluruh stasiun televisi untuk menyetop siaran hasil hitung cepat demi menghindari suasana panas. Sementara KPU sendiri baru akan melansir hasil akhir penghitungan suara pada 22 Juli 2014.

Yang menjadi pertanyaan, setelah heboh-heboh penghitungan hasil cepat itu, Komisi I DPR RI malah berniat untuk memanggil Direktur RRI untuk memberikan klarifikasi terkait hasil hitung cepat itu. Inilah yang membuat semua pendukung Jokowi langsung mengambil aksi dengan hash tag #saveRRI.

Tentunya masih teringat jelas bahwa ketika seluruh rakyat Indonesia sibuk dengan Piala Dunia dan Pilpres, DPR malah mevisi UU MD3 yang menetapkan pimpinan DPR tak lagi otomatis menjadi hak partai pemenang Pileg 2014. Jelas ini mengganjal PDIP untuk menjadi pimpinan DPR, karena bagaimanapun koalisi merah putih di bawah pasangan Prahara adalah suara mayoritas.

Nah, takut terjadinya penyelewangan surat suara, para relawan dari masing-masing pihak sibuk bahu membahu mengawal surat suara. Bahkan sekelompok orang sengaja membuat situs kawalpemilu.org yang membuat rekapitulasi secara real count. Situs ini digawangi mantan juara Olimpiade Matematika, Ainun Najib, seorang alumnus Nanyang Technological University. Ia tinggal di Singapura.
Bagaimana cara kerjanya? Tim Kawalpemilu.org menggunakan scanner dalam bentuk software yang ditaruh tepat di lembar scan KPU. Dengan cara ini, tiap kali KPU memasukkan data baru, tabulasi hasil rekapitulasi milik Kawalpemilu.org juga ikut diperbarui. Namun mereka tetap harus memasukkan data satu per satu sesuai perubahan yang ada dari KPU. Dan dari data terakhir,
pasangan Jokowi-JK unggul dengan raihan 52,83 persen (60.916.278 suara), mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta yang memperoleh 47.16 persen (54.375.528 suara).

Lepas dari itu semua, mari kita tunggu hasil akhir KPU tanggal 22 Juli nanti. Siapapun yang kalah nanti, haruslah legowo dan mendukung pasangan pemenang.

No comments:

Post a Comment