![]() |
| www.tempo.co.id |
Gubernur
Propinsi Banten Ratu Atut Choisiyah tengah menjadi hits akhir-akhir ini. Sosok
Atut terkenal lantaran politik dinasti keluarga Atut di Banten yang telah
menggurita. Tak habis disitu, baru-baru ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
mencokok sang adik Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan atas dugaan suap sengketa
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banten terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi
Akil Mochtar. Tak cukup di situ, isu gaya hidup Atut yang sangat konsumtif akhirnya menjadi
perhatian publik.
Informasi
yang diperoleh, Atut bepergian ke beberapa kota di luar negeri dan membeli
barang mewah. Atut belanja mulai dari Tokyo, Jepang hingga Singapura. Semua
dengan kartu kredit. Pembayaran kartu kredit itu, kabarnya juga tak lewat
kantong Atut. Ada perusahaan-perusahaan yang membayar tagihan-tagihan itu
(detikcom, 4 November 2013).
Bahkan
terungkap pula bagaimana gandrungnya Atut terhadap barang-barang bermerk di
toko-toko ternama di seantero dunia, seperti misalnya Hermes, Salvatore
Ferragamo. Pada 6 Februari 2012, misalnya, Atut
terbang ke Tokyo, Jepang. Empat hari di Tokyo, Atut memborong produk Hermes
hingga Rp 430 juta dan belanja di Daikokuya hampir Rp 100 juta. Pada akhir
Februari 2012, ia terbang ke Dubai, Uni Emirat Arab, via Singapura. Pada
sekitar waktu itulah Atut membeli jam lantai seharga Rp 100 juta di Thinkers
Novelty, Singapura. Dua hari di Tanah Air, ia berangkat lagi ke Singapura (www.tempo.com, 4 November 2013).
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menengarai
bahwa gaji Ratu Atut Chosiyah sekitar Rp 261 juta per bulan. Sedangkan daftar
kekayaan Atut yang tercatat di KPK sekitar Rp 42 miliar. Keluarga pun
menanggapi gaya hidup Atut dengan, “Kami keluarga pengusaha. Jadi, kehidupan
kami laiknya kehidupan pengusaha. Kami bukan gelandangan yang mendadak
menikmati kekayaan ketika jadi pejabat.”
Atut tidak sendiri. Keluarganya sangat kaya raya dan memegang
jabatan penting structural di pemerintah daerah. Tengok saja Wawan yang
beristrikan Airin Rachmi Diany, Walikota Tangerang Selatan. Dengan kekayaannya
yang mencapai lebih dari Rp 100 miliar, ia memiliki koleksi mobil-mobil mewah,
seperti Range Rover Sport,
Mercedez Benz, Mini Cooper, Lamborghini, Toyota Alphard, Ferrari, Porche
Panamera, dan Toyota Fortuner.
Lepas dari adanya dugaan mirip tentang tindak pidana korupsi
terhadap dinasti tersebut, mari kita gaya hidup Atut dari sudut pandang
kemanusiaan. Mari kita tengok konsumerisme versi Atut dengan status kemiskinan
propinsi yang dipimpinnya.
Meski menurut Bank Indonesia, Propinsi Banten mengalami
pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,66 persen pada triwulan II-2013 dan
tercatat punya nilai ekspor 9,48 miliar dollar AS tahun lalu, namun kenyataannya
masih banyak rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan (Kompas, 4 November
2013).
Masih
menurut FITRA, penyebab merebaknya kemiskinan di Banten ditengarai karena
alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang tidak digunakan sebagaimana mestinya,
misalnya saja, ada APBD Banten pada tahun 2013 banyak diberikan kepada
lembaga-lembaga vertikal sebesar Rp 6,272 miliar.
FITRA
menemukan, tahun ini dinas sumber daya air dan permukiman Provinsi Banten
melakukan lelang "Penataan sarana dan prasarana Rumah Jabatan
gubernur" dengan paket HPS (harga perkiraan sementara) sebesar Rp 2
miliar. Selanjutnya, pemenang lelang ini adalah GANS dengan nilai penawaran
sebesar Rp 1,937 miliar. Dan, ternyata nilai pemenang lelang GANS ini terlalu
tinggi dan mahal.
Kembali ke soal
kemiskinan, berdasarkan data pusat statistik
Provinsi Banten, jumlah warga miskin di Banten per Maret 2013 tercatat sebanyak
626.243 orang sementara jumlah pengangguran lebih dari 10 persen. Banyak
infrastruktur yang belum tergarap. Misalnya saja jembatan penyebrangan di Desa
Pasir Tanjung, Lebak, Banten yang menyebabkankan anak-anak harus bertaruh nyawa
ketika berangkat sekolah (Pelita Online, 12 October 2013).
Tak hanya
itu terdapat banyak anak yang termasuk dalam golongan gizi kurang karena
rendahnya pendapatan orang tua. Sehingga mereka mengharapkan uluran tangan
orang lain untuk dapat bertahan hidup, apalagi ketika mereka sakit. Dinas
Kesehatan Banten menyebutkan pada 2012 sebanyak 60.893 balita mengalami
gangguan gizi pada 2012. Selain itu juga terdapat 7.213 anak balita mengalami
gizi buruk dan 53.680 anak kekurangan gizi.
Sebagai
seorang pemimpin, sudah selayaknya Atut malu bahwa Banten yang dipimpinnya
termasuk dalam kategori sebagai propinsi dengan jumlah gizi terburuk terbanyak
di Indonesia. Yang dibutuhkan rakyat Banten bukannya gubernur bergaya socialite,
melainkan gubernur yang peduli pada masyrakatnya.

No comments:
Post a Comment